CANTIKA.COM, Jakarta – Andra Hendriato, Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi RS Sipto Mangunkusumo, mengatakan remaja, terutama remaja putri usia 10-20 tahun, seringkali tidak mengetahui bahwa dirinya memiliki tulang belakang melengkung atau skoliosis.
“Jika seseorang mengidap skoliosis, pasiennya sendiri bisa jadi tidak mengetahuinya jika tidak bercermin dan orang tuanya. Dalam diskusi kesehatan yang digelar di Jakarta Online, Rabu, 8 November 2023, Andra mengatakan, “Kebanyakan (pasien skoliosis) ) adalah remaja berusia 10-20 tahun.”
Menurut dokter lulusan Universitas Indonesia ini, skoliosis pada remaja sering terlihat dengan tinggi bahu yang tidak sama, tonjolan tambahan di punggung, tulang pinggang tinggi, dan jika salah satu sisi bersentuhan.
Selain itu, skoliosis juga bersifat bawaan dan ditandai dengan kelainan jantung. Pada penderita skoliosis kongenital, tulang yang terus tumbuh menyebabkan tulang belakang bengkok lebih dari 50 derajat.
Skoliosis dikhawatirkan mengganggu struktur tulang belakang dada dan organ di dalamnya. “Ada paru-paru dan jantung, sehingga fungsi paru-paru bisa menurun, fungsi jantung menurun, pasien menjadi sesak napas dan sulit beraktivitas. Kalau kita bisa mencegah dan mencegah berkembangnya, fungsi paru-paru dan jantung akan lebih baik,” kata dia. Andra.
Jika ada anggota keluarga, terutama remaja, yang diduga menderita skoliosis, segera bawa ke dokter spesialis ortopedi dan periksa derajat pembengkokan tulang dengan memeriksa otot pinggul, kata dr. Dan kemungkinan terjadinya kelainan tulang akibat panjang kaki yang tidak sama.
Selain itu, penderita skoliosis seringkali kekurangan vitamin D sehingga dokter dapat melakukan pemeriksaan vitamin serta CT scan dan MRI untuk mengetahui apakah terjadi penurunan fungsi paru dan jantung.
Tidak hanya remaja dan bayi baru lahir, skoliosis juga diderita oleh lansia akibat penuaan yang menyebabkan tulang rawan menipis, ketidakseimbangan otot, berat badan berlebih, dan posisi tidur yang salah. Pada lansia, skoliosis merupakan postur atau gerak tubuh yang bengkok dan tidak berubah.
Yang bikin bengkok, posisi tidurnya tidak ergonomis, mungkin bengkok, kasurnya terlalu empuk, beban badannya terlalu berat, dan bantalan persendiannya roboh karena setiap hari tidur miring, kata Andra.
Andra, jika lengkungan tulang belakang kurang dari 30 derajat, skoliosis bisa diobati di rumah, misalnya berenang gaya bebas dua kali seminggu selama 30-40 menit. Selain itu, Anda juga bisa melakukan peregangan dengan memegang kusen pintu dan menggoyangkan badan ke depan dan ke belakang.
Aktivitas fisik lainnya seperti posisi plank dapat dilakukan selama 30 detik hingga satu menit dengan aktivitas yang dapat dicari di Internet. Gerakan-gerakan tersebut untuk meregangkan otot-otot yang tegang karena tulang ditekuk ke satu sisi.
Jika sudut kemiringan lebih dari 45 derajat dan tulang masih tumbuh, maka pembedahan dapat dilakukan karena sudut kemiringannya diperbesar. Selain itu, tindakan bedah juga dianjurkan bagi penderita skoliosis pada usia remaja yang berisiko mengalami peningkatan kemiringan hingga 60 derajat.
“Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, banyak orang yang tidak berharap lebih dari 45 derajat, diambil 30 derajat, tapi alih-alih menekan peniti, ada pengait yang fleksibel agar sisi cembungnya tidak naik,” kata Andra.
Pilihan Editor: Untuk mengurangi keluhan nyeri pinggang, sebaiknya pasien skoliosis melakukan hal ini
Hallo sahabat cantik, yuk update informasi untuk para wanita Telegram yang indah
Quoted From Many Source